Sepi sendiri
merenung di tempat yang gelap ini, memikirkan apa yang sebenarnya menjadi
alasan kau pergi meninggalkanku, melupakan janji-janji manismu saat kita masih
saling mengagumi dan masih saling memuji. Entah apa salahku sampai kau begitu
tega meninggalkanku, inikah balasan dari sabarku sejak dulu, sabar dengan
sifatmu yang cuek, sibuk dengan urusanmu sendiri, sehingga kau lupa
bahwa ada aku yang membutuhkan perhatianmu. Jika aku memang tak berarti, lalu
mengapa kau membawaku berjalan sejauh ini, mengapa kau buat aku sayang bahkan
cinta padamu.
Aku bukan
patung yang bisa kau bodohi, yang bisa kau tinggalkan sesuka hatimu. Apa perlu
aku jadi tas kecil mu agar selalu kau bisa bawa kemana pun kau pergi?
Kau bodoh,
sungguh bodoh.... kau tau perasaan seseorang yang sangat tulus, tapi kau malah
mengabaikannya dengan alasan yg tak jelas, dimana hati nurani mu? Kurang sabar
apa aku ini? Aku selalu mentolerir semua kesalahan-kesalahanmu walaupun semua
selalu terulang.
Apakah semuanya
bisa kembali seperti dulu? Saat semuanya masih baik-baik saja. Entahlah....
Kini aku hanya bisa berharap, berharap kau memperjuangkan apa yang kini kau
sia-siakan. Mungkin suati saat nanti, saat aku sudah bisa melupakan semuanya, ada
saatnya kau akan kembali, kembali datang padaku untuk mengemis meminta aku
untuk menjadi bagian dari dirimu lagi.
Haruskah aku
bercerita lagi, tentang kebohonganmu. Tentang janji-janji manismu yang pernah
kau lontarkan padaku. Sosokmu sekarang bukan lagi sosokmu yang aku kenal dulu.
Entah apa yang membuatmu berubah.
Sungguh lelah,
menceritakan perasaanku secara detail tidak akan menjamin kau akan kembali.
Biarkan hati ini yang memendam semuanya, memendam perasaan yang tulus tapi
malah selalu kau abaikan :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar